top of page
  • eirakeramik

2022, in Memoriam - part I

Senin, 16 Januari 2023


Ngga berasa ya, tiba-tiba kita sudah memasuki tahun 2023 dan bahkan sudah memasuki pertengahan bulan pertamanya. Tadinya sih, mau mulai menulis blog lagi di akhir tahun, apa daya, sudah banyak kegiatan yang dilakukan dan baru sempat menyentuh keyboard lagi di bulan Januari ini. Bagaimana di 16 hari pertama tahun 2023? Banyak senangnya? Atau sudah banyak cobaannya?

Resolusinya apa kabar? Sudah gagal? Atau masih bertahan?


Sebelum melanjut lembaran baru di tahun ini, Eira mau bercerita dan mengabadikan beberapa kisah menarik di indahnya tahun 2022.




Kalau dilihat ke belakang, jujur, Eira merasa 2022 berlalu begitu cepat dan di satu sisi lambat. Awal bulan Januari 2022, Eira merasakan perkembangan yang cukup pesat. Ini berkat Instagram ads. Eira tidak menyangka seberapa besar dampak menggunakan IG ads sampai akhirnya mencobanya. Peningkatan yang cukup pesat itu membawa Eira dalam perubahan-perubahan yang Eira syukuri dan masih berjalan sampai sekarang. Salah satunya adalah adanya jadwal yang bisa dilihat oleh siapa pun secara real-time. Link untuk jadwal bisa dilihat di link ini yaa…

Adanya jadwal online ini menjadi cerita yang tidak bosan-bosan Eira sampaikan. Terkadang, ketika kita mau memulai sesuatu terlalu banyak pikiran dan tuntutan yang kita beri pada diri sendiri; semuanya harus serba perfect dan berjalan lancar. Akhirnya, kita tidak mulai-mulai. Stuck di satu tempat. Padahal, awal mula sesuatu ya tidak harus perfect, dan memang tidak akan perfect. Pasti ada salahnya dan banyak belajarnya, tinggal bagaimana kita mau beradaptasi dengan situasi yang ada agar ke depannya bisa menjadi lebih baik. Apakah Eira terpikirkan untuk membuat jadwal online sebelum Eira Keramik mulai beroperasi? Jelas tidak. Kalau Eira tidak terbentur dengan jadwal yang mulai ‘membeludak’, mungkin sampai sekarang tidak akan ada jadwal online itu.


Momen besar berikutnya yang terjadi di tahun 2022 adalah ketika negara api menyerang. Eh, maksudnya ketika Eira membeli kiln/tungku pembakaran. Sudah lama sebenarnya Eira ingin membeli kiln, tapi kiln ini bisa dibilang investasi terbesar di dunia pottery... singkatnya, muahal. Butuh pertimbangan matang serta kantong yang cukup (bahkan besar) untuk bisa membeli sebuah kiln. Ukuran kiln pun sebaiknya disesuaikan dengan besarnya skala produksi yang sanggup dikerjakan; jika terlalu kecil maka akan lebih banyak menguras energi, waktu, dan tentunya uang, jika terlalu besar maka intensitas pembakaran menjadi rendah dan waktu produksi secara keseluruhan akan melambat karena terhalang ‘menunggu kiln penuh’ (more on this some other time).


Pada akhirnya, rencana Yang Maha Kuasa tidak mampu kita selami. Kalau bukan Ia yang berkehendak, Eira yakin sekali sampai detik ini Eira masih belum mempunyai kiln. Di akhir bulan Januari Eira membeli sebuah kiln second dari seorang potter/keramikus yang hendak berpindah ke negara lain dan meneruskan karyanya disana. Walaupun second hand, tungkunya masih bagus, hanya perlu reparasi minor. Eira menghampiri studio beliau dengan harapan hanya membawa pulang kiln, ternyata beliau memberikan perlengkapan pembakaran lainnya secara cuma-cuma.



Dari kisah api ini, Eira belajar untuk lebih percaya dan berserah pada Sang Pencipta. Kita sangat boleh dan perlu membuat rencana, tapi pada akhirnya kita tetap perlu memberikan ruang untuk Yang Maha Esa menampakkan mujizatnya dalam hidup kita. Kalau bukan karena kehendakNya, tidak akan jadi. Terjadi pun, tepat pada waktuNya.


Hal terakhir, sampai pertengahan tahun 2022, yang sangat membekas dan berkesan buat Eira adalah ketika Eira pertama kali, akhirnya, menerima anak magang. Waktu itu usia Eira Keramik belum mencapai satu tahun. Produksi pun sangat minim dan jarang. Siapakah dan apakah Eira sampai mampu untuk ‘menampung’ anak magang?


Salah satu ‘toxic trait’-nya Eira adalah sangat menganggap diri rendah. Seringnya merasa diri ngga mampu, belum cukup cakap, terlalu banyak salah dan errornya, super minim pengalaman, clumsy, and to be honest i could go on and on and on about this, karena serendah diri dan tidak percaya diri itulah Eira. Ini sangat tidak patut di contoh ya. Hehe. Jadi, balik lagi, Eira yang sangat minder ini harus menjadi ‘mentor’ untuk orang lain? Wah, berat men.


Di satu sisi, pada saat itu Eira memerlukan seseorang yang dapat menolong Eira. Tapi… takut!


Berkat dukungan dari kedua orang tua, akhirnya Eira menjawab, “ya.” Tentunya dengan konfirmasi secara berkali-kali terlebih dahulu pada pihak univeristas apakah memang Eira Keramik layak, dapat diterima, dan masuk dalam persyaratan.


Hal lain yang mendorong Eira untuk bersedia adalah karena kesadaran bahwa di situasi pandemi ini pastinya tidak mudah untuk seorang mahasiswa mencari tempat magang. Kala itu, Eira sudah dibantu oleh studio keramik lain dan dapat menyelesaikan proses magang. Kini, Eira bagaikan meneruskan tongkat estafet.


Akhir kata, sebelum kita lanjut ke kisah-kisah selanjutnya, tahun 2022 banyak mengajarkan Eira untuk terus membuka diri akan adanya kejadian hidup yang menumbuhkan. Tentang bagaimana kita harus mudah untuk beradaptasi dan tidak takut untuk memulai sesuatu; tentang percaya dan memberi ruang pada rencana Sang Empunya Semesta yang seringnya ngga masuk akal; dan tentang menghargai diri yang sudah terus melangkahkan kaki sampai pada titik saat ini.


Tentunya setiap kita punya kisah masing-masing. Semoga setiap kisah yang terukir itu terus membawa kebaikan dan pertumbuhan bagi diri dan orang lain.


Love,

Eira



48 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page